Di
kalangan umat Katolik, muncul kesan bahwa “orang Katolik” itu sulit untuk
memimpin doa. Tidak hanya dalam perayaan besar, dalam ruang lingkup yang kecil
saja, “orang Katolik” jarang dengan
mudah mau memimpin doa. Dalam kegiatan lingkungan, pesta ulang tahun, pesta
kelahiran, perpisahan dan lain sebagainya, yang sering terjadi adalah saling
“tunjuk-menunjuk” untuk memimpin doa. Maka, biasanya muncullah berbagai
apologi. “Doa katolik terlalu tekstual, teologis dan biblis. “Doa katolik itu
terlalu liturgis sehingga kurang spontan dan tidak keluar dari hati”. Alasan
lain adalah karena “orang katolik” kurang terbiasa memimpin doa dengan
kata-kata sendiri. Pada dasarnya, semua alasan apa pun yang kita
ungkapkan bisa jadi benar. Akan tetapi, sungguhkah demikian?
Seberapa tahukah kita akan doa liturgis itu? Seberapa pahamkah kita bagaimana
berdoa secara liturgis itu? Tulisan ini berupaya menjelaskan itu semua.
Barangkali, terasa teoritis di awal sebagai pengetahuan dasar dan di akhir
nanti, ditawarkan cara berdoa secara liturgis sehingga kita sungguh siap kapan
pun dan di mana pun diminta untuk memimpin doa.
Apa itu Doa
Liturgis?
Liturgi adalah berdoa, tepatnya berdoa bersama. Liturgi
adalah suatu ritual yang dibangun berdasar beberapa unsur yaitu kata, simbol/tanda,
tindakan, doa, nyanyian bahkan hening/diam. Liturgi kita (Gereja Katolik Roma)
memiliki struktur dan acuan yang resmi yakni liturgi Romawi atau Latin.
Teks-teks
liturgis seperti praenotanda, instruksi, rubrik, teks doa, teks puitis untuk
madah/nyanyian dipelajari dalam bidang ilmu liturgi yang disebut dengan eucologi. Matias Auge, seorang Liturgis
membagi eucologi dalam dua bagian
yaitu a) teks yang bersifat biblis: bacaan Kitab Suci dan nyanyian biblis, b)
teks yang diciptakan oleh para Bapa Gereja (Patristik, Magisterium): teks doa,
teks puisi dan renungan dari para Bapa Gereja itu sendiri. Dengan kata lain,
ada teks biblis dan teks patristik.
Dalam
liturgi resmi, kita berdoa bersama sebagai Gereja dengan isi dan tata cara
yang sama. Doa-doa liturgis resmi itu, disusun berdasarkan pertimbangan asas
tradisi, unitas dan universalitas Gereja serta tanpa mengurangi penghargaan
kepada kebiasaan budaya setempat.
Teks
Liturgi mengandung beberapa unsur:
v Unsur
Objektif (isi teologis) yang berakar pada Kitab Suci dan ditetapkan oleh Yesus
(tiga dimensi fundamentalnya: anamnesis-ekaristik, pengudusan persembahan,
permohonan bagi Gereja.
v Unsur
Struktural (bentuk komposisi): invokasi, introduksi, petisi, motif, konklusi.
v Unsur
gaya dan irama: menyingkapkan masalah-masalah kemanusiaan, hidup religius,
psikologis, historis, tipologis.
bersambung...
bersambung...
Nessun commento:
Posta un commento